AI sebagai listrik abad 21

Artificial Intelligence: Apa Keunggulannya Dibanding Manusia?

Artificial intelligence is the buzzword these days.

Teknologi kecerdasan buatan (AI) telah merambah berbagai segi kehidupan manusia. Keuangan, pemasaran, pertanian, hingga kesehatan, tampaknya tidak ada industri yang lolos dari terobosan AI. Media cetak Kompas bahkan pernah memasang liputan mengenai AI di halaman pertamanya selama empat hari berturutturut.

Andrew Ng, salah seorang pakar AI ternama, meyakini AI sebagai “listrik baru”. AI akan membawa perubahan signifikan dalam peradaban manusia, seperti halnya penemuan listrik bertahun-tahun silam.

Dengan segala kehebohan tentang AI, kita mungkin bertanya, sebenarnya apa sih yang membuat AI begitu disruptive?

Automasi

Manusia pada dasarnya pintar tetapi malas. Sejak dahulu manusia selalu berusaha mengembangkan teknologi yang dapat mengurangi beban kerjanya, seperti kereta kuda, mesin uap, dan assembly line. Dengan AI, automasi dapat dilakukan tidak hanya untuk pekerjaan fisik, namun juga pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan. Bukankah lebih asyik jika kita bisa bersantai dan membiarkan AI mengemudikan kita sampai ke tujuan? Atau membersihkan pekarangan rumah?

Mobil nirawak buatan Google

Mobil nirawak buatan Google. Gambar dari Huffington Post

Selain membantu konsumen, AI juga banyak diadopsi perusahaan. VIRA, misalnya, bisa kamu ajak mengobrol di Facebook Messenger untuk memperoleh informasi produk BCA terkini dan melakukan transaksi. Di industri jurnalistik, Google dan Associated Press masing-masing mengembangkan AI yang dapat menulis berita secara otomatis. Tidak hanya customer service dan jurnalis, dokter pun perlu bersiap karena sebagian pekerjaannya sudah dapat diautomasi menggunakan AI.

Kecepatan dan Kapasitas

Keunggulan lain dari AI adalah kecepatannya dalam bekerja. Komputer dapat melakukan pemrosesan 1.000 kali lebih cepat dibanding otak manusia. Sebagai contoh, AI buatan NVIDIA dapat memilah lebih dari 500 gambar per detik. Komputer juga tidak mengalami lelah, sehingga kecepatannya tidak akan menurun meski bekerja berjam-jam atau bahkan berhari-hari tanpa henti.

AI dapat memilah lebih dari 500 gambar per detik

AI dapat memilah lebih dari 500 gambar per detik. Gambar dari NVIDIA dan YouTube

AI (yang merupakan komputer) boleh dikatakan masih tertinggal dibanding manusia dari segi kapasitas memori. Namun berkat kecepatannya, AI mampu melakukan pekerjaan dalam skala super besar seperti mencari informasi di seantero internet, menemukan senyawa kimia baru, dan menginvestigasi kasus korupsi. Seperti dikutip dari majalah Science, AI “can see patterns and spot anomalies in data sets that are far larger and messier than human beings can cope with”.

Kecerdasan

Mungkin kita mengira manusia jauh lebih pintar dari AI.

Secara umum ini benar. Namun untuk beberapa jenis pekerjaan, AI sudah lebih hebat dari manusia, atau yang dikenal sebagai artificial narrow intelligence (ANI).

Enam tahun lalu Watson, sebuah AI buatan IBM, menang telak dalam kuis cerdas cermat Jeopardy . Belum lama ini AI dari Carnegie Mellon University mampu mengalahkan pemain poker profesional, juga dengan telak. Permainan catur pun sudah dikuasai AI sejak takluknya grand master Gary Kasparov pada 1997.

Watson unggul dalam kuis Jeopardy

Watson unggul dalam kuis Jeopardy. Gambar dari IBM dan YouTube

Jika kuis dan permainan dinilai tidak mencerminkan potensi AI dalam kehidupan sehari-hari, maka lihat contoh-contoh berikut:

Berita lain mengenai “kemenangan” AI dari manusia dapat disimak dalam lini masa HumanVSMachine.

Kemampuan fisik

Tubuh manusia punya banyak keterbatasan. Kita tidak tahan panas, tidak mampu menawar racun, dan tidak bisa hidup tanpa oksigen di udara.

Lain halnya dengan AI. AI dapat terus beroperasi selama punya cukup energi. Dalam hal ini AI berpotensi membantu manusia dalam mengembangkan iptek. Contohnya adalah robot Curiosity yang saat ini sedang menjelajah Mars serta robot perenang Envirobot. Kedua robot ini dirancang khusus untuk mengumpulkan data dan memiliki ketahanan terhadap kondisi ekstrim seperti tingkat keasaman, toksisitas, dan temperatur tinggi.

Ada juga AI pada drone yang digunakan untuk mencegah perburuan liar di Afrika. Drone memang memiliki kamera, tetapi AI-lah yang membuat drone mengenali hewan-hewan dalam rekaman kamera.

Robot perenang Envirobot

Robot perenang Envirobot. Gambar dari TechCrunch

 


Apakah manusia “punya harapan”?

Dengan segala keunggulan tersebut, apakah umat manusia masih “punya harapan” atau akankah suatu hari nanti AI menjadi penguasa bumi?

Topik ini sedang ramai dibahas baik di kalangan akademisi, politikus, maupun pengusaha. Belum ada kesepakatan apakah AI merupakan sebuah existential threat yang nyata bagi manusia. Saya pun tidak berani beropini karena belum punya cukup wawasan.

Yang pasti, AI masih sangat jauh dari memiliki kesadarannya sendiri. Jadi, dalam beberapa tahun ke depan AI akan “dengan senang hati“ melaksanakan apa yang diperintahkan penciptanya: manusia.